Keberlanjutan Lingkungan
Pembangunan
adalah sebuah proses produksi dan konsumsi dimana materi dan energi
diolah dengan menggunakan faktor produksi, seperti modal, mesin mesin
(capital), tenaga kerja (labor dan human resources), dan bahan baku
(natural resources). Dalam hal penyediaan bahan baku dan proses produksi
kegiatan pembangunan dapat membawa dampak kepada lingkungan alam dan
masyarakat sekitarnya, yang pada gilirannya akan berdampak kepada
keberlanjutan pembangunan. Dalam memperhatikan keberlanjutan pembangunan
yang tidak hanya memperhatikan kepentingan saat ini tapi juga
memperhatikan kepentingan masa mendatang, maka pembangunan harus
dilaksanakan secara berkelanjutan.
Pembangunan
berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini
tanpa mengurangi kemampuan generasi masa mendatang. Didalamnya terdapat
dua gagasan penting Tujuan
yang harus dicapai untuk keberlanjutan pembangunan adalah :
keberlanjutan ekologis, keberlanjutan ekonomi, keberlajutan sosial
budaya dan politik, keberlanjutan pertahanan dan keamanan. Sedangkan
pembangunan keberlanjutan mempunyai prinsip prinsip dasar dan prinsip
dasar tersebut dari setiap elemen pembangunan berkelanjutan dapat
diringkas menjadi 4 (empat), yaitu: pemerataan, partisipasi,
keanekaragaman (diversity), integrasi dan perspektif jangka panjang.
Pembangunan
berkelanjutan memastikan bahwa generasi yang akan dating memiliki
kesempatan ekonomi yang sama dalam mencapai kesejahteraannya,
sepertihalnya generasi sekarang. Untuk dapat melaksanakan pembangunan
berkelanjutan diperlukan cara mengelola dan memperbaiki portofolio asset
ekonomi, sehingga nilai agregatnya tidak berkurang dengan berjalannya
waktu. Portofolio asset ekonomi tersebut adalah capital alami (Kn),
capital fisik (Kp) dan capital manusia (Kh), secara sistematis
pembangunan berkelanjutan dapat dijabarkan dalam gambar berikut: Dalam
paradigma ekonomi, pembangunan berkelanjutan dapat diterjemahkan
sebagai pemeliharaan kapital. Ada empat variasi kebijakan mengenai
pembangunan berkelanjutan :
- Kesinambungan yang sangat lemah (very weak sustainabillity) atau “Hartwick-Solow sustainability” yang hanya mensyaratkan kapital dasar total yang harus dipelihara. Kesinambungan ini dapat dicapai dengan memastikan bahwa tingkat/ laju konsumsi berada di bawah Hicksian income, dimana Hicksian income ini didefinisikan sebagai tingkat konsumsi maksimum yang dapat membangun kondisi masyarakat yang lebih sejahtera di akhir periode pembangunan dibandingkan dengan kondisi awalnya. Diasumsikan natural capital dapat disubsitusi dengan kapital buatan manusia (man-made capital) tanpa batas. Dengan kata lain, deplesi sumberdaya alam tidak diperhitungkan dalam penilaian kegiatan ekonomi (Harnett, 1998)
- Kesinambungan yang lemah (weak sustainability), mensyaratkan pemeliharaan kapital total, dengan kendala bahwa modal alami yang penting (critical natural capital) harus dilestarikan. Misalnya : bila sumberdaya air dan keragaman spesies merupakan hal yang penting bagi stabilitas ekosistem, sumberdaya tersebut tidak dapat dikorbankan bagi alasan-alasan pertumbuhan ekonomi.
- Kesinambungan yang kuat (strong sustainability) mensyaratkan bahwa tidak ada substitusi bagi modal alami (natural capital), karena natural capital ini memperkuat kesejahteraan manusia dan degradasi natural capital tersebut dapat dikembalikan kondisinya ke kondisi awal. Kesinambungan yang kuat mensyaratkan pemeliharaan kapital total, dengan kendala bahwa agregrat kapital total harus dilestarikan.
- Kesinambungan yang sangat kuat (very strong sustainability) mensyaratkan bahwa kesinambungan sistem ekologi adalah esensi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Pembangunan yang bergantung pada sumberdaya (resource-dependent “development”) diperbolehkan, namun demikian, pertumbuhan yang bergantung pada sumberdaya (resources-dependent “growth”) tidak dapat dibenarkan. Interpretasi ini mensyaratkan pemisahan setiap komponen dari natural capital. Pada kenyataannya, very strong sustainability lebih merupakan sistem daripada suatu konsep ekonomi.
Pada
pembangunan berkelanjutan yang berorientasi pada kepentingan ekonomi
dan kepentingan lingkungan, terdapat 3 (tiga) pilar tujuan (Daniel M,
2003), yaitu : pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan,
stabilitas dan efisiensi. Pada pilar kedua pembangunan sosial yang
bertujuan pengentasan kemiskinan, pengakuan jati diri dan pemberdayaan
masyarakat. Sedangkan pilar kedua pembangunan lingkungan yang
berorientasi pada perbaikan lingkungan lokal seperti sanitasi
lingkungan, industri yang lebih bersih dan rendah emisi, dan kelestarian
sumberdaya alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar